Rabu, 14 Oktober 2015

CERITA RAKYAT DESA WAKAMBANGURA - BUTON TENGAH - SULAWESI TENGGARA


CERITA RAKYAT
DESA WAKAMBANGURA
KABUPATEN BUTON TENGAH - PROVINSI SULAWESI TENGGARA


Alkisah, Hiduplah pasangan suami-istri La Ure Bungke dan Wa Paitohu. Awalnya mereka melakukan pertapaan di beberapa penjuru tanjung, yaitu pertama Tanjung Dua Pohon, kedua Tanjung Kurumawu, ketiga Tanjung Weta dan keempat di Tanjung Labobo. Setelah selesai proses pertapaan mereka di empat tanjung tersebut, mereka kembali ke tanjung Weta untuk beristrahat dan bermalam disana. Tujuan pertapaan mereka adalah ingin memperoleh keturunan, saat itu mereka belum mempunyai keturunan, sementara usia mereka semakin hari semakin tua.

Beberapa hari kemudian istri La Ure Bungke pergi mencari kerang di laut. Wa Paitohu Secara Tiba-tiba mendengar tangisan seorang bayi perempuan di semak-semak pinggir pantai. Wa Paitohu segera mencari sumber suara dan betapa kagetnya ia menemukan sesosok bayi yang baru lahir yang masih merah berdarah dengan tali pusat (plasenta) yang belum di putuskan di bungkus dengan kain yang berwarna merah tua, perempuan itu menghampiri bayi tersebut, dan mencoba mencari ibu anak tersebut. Setelah memeriksa disekelilingnya, Wa Paitohu tak melihat seorang manusiapun, maka di ambillah bayi tersebut dengan niat di jadikan seorang anak.

Di Peliharalah anak perempuan tersebut oleh suami-istri tersebut, La Ure Bungke dan Wa Paitohu hingga dewasa dan di beri nama Putri Wakambangura.

Putri Wakambangura tumbuh dewasa dan menjadi seorang Bunga Desa yang cantik jelita. Karena kecantikanya Putri Wakambangura di sukai banyak laki-laki dari seluruh penjuru desa. Hingga suatu saat datanglah seorang pemuda tampan yang bernama La Raja Nsulema yang disebut Pangeran Laut (La Ode no Pasi).

La Raja Nsulema jatuh cinta pada Putri Wakambangura dan akibat dari besarnya rasa sayangnya pada Putri Wakambangura muncullah niatan sucinya menemui orangtua angkat Putri Wakambangura yaitu La Ure Bungke dan Wa Paitohu, niatnya tak lain semata-mata ingin mempersunting Putri Wakambangura.

Namun apa hendak dikata, setelah bertemu orangtua Putri Wakambangura, La Raja Nsulema ditolak, mereka tidak setuju dengan niatan La Raja Nsulema untuk menikahi anak semata wayang yang mereka temukan sejak masih bayi karena berbagai macam alasan.

Beberapa hari kemudian karena keseriusan dan rasa sayangnya pada Putri Wakambangura, La Raja Nsulema tidak menyerah dan Ia berniat mendatangi orang tua Putri Wakambangura kembali. Saat Kedatangan yang kedua kalinya orang tua Putri Wakambangura tidak berada dirumah. Saat itulah La Raja Nsulema tidak memiliki pilihan lain selain membawa Putri Wakambangura ke Laut dan untuk dijadikan permaisurinya.

Putri Wakambangura dinyatakan hilang dan tidak diketahui lagi keberadaanya sejak di bawa oleh La Raja Nsulema ke laut hingga sekarang. Orang tua Putri Wakambangura merasa sedih dan sangat kehilangan putri yang sangat mereka sayangi. Oleh karena itu mereka selalu mengadakan upacara memperingati kepergian putri semata wayang mereka tersebut.



Narasumber    : SYAHRIR/ Kepala Desa Wakambangura
Editor               : MUHAMMAD SHABUUR, S.Pd


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WATORUMBE

SELAYANG PANDANG   DESA WATORUMBE KECAMATAN MAWASANGKA TENGAH KABUPATEN BUTON TENGAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA        ...